Pelajaran Kelima : LEBAH
Kemudian makanlah dari segala
(macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)” Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berpikir (QS An Nahl 16:69)
Anakku
Dalam perjalanan umrah bulan Juli
tahun 2006 , Alhamdulillah ibu dan ayah diberi kesempatan untuk naik ke Jabal Nur dimana disana terdapat sebuah Gua yang sangat
bersejarah bagi umat Islam yaitu Gua Hira’. Disanalah awal sebuah peradaban
Islam dibawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dimulai. Tanggal 17 Ramadhan surat
pertama yang diturunkan kepada Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril memerintahkan
kepada manusia agung itu untuk membaca. Iqra’ Muhammad. Apa yang harus saya
baca kata beliau.:
Bacalah dengan(menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah . Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahuinya (QS 96: 1-5).
Sungguh sangat indah sekali kalimat
itu. Bagi orang yang merenungkan percakapan itu akan mempunyai dampak yang luar
biasa, karena Allah sebetulnya yang akan mengajarkan sesuatu yang tidak kita
ketahui kepada kita melalui perantaraan kalam. Guru yang Maha Guru Yang Awal
itu adalah Allah SWT. Allah yang mengajarkan kita pendai bebicara, pandai
mendengar. Yang mengajarkan burung untuk
mencari makan walaupun tidak punya kantor. Dan mengajarka seluruh fauna cara
berkembang biak dan bertahan hidup , begitu juga flora . Mengajarkan jagad raya mengatur
keseimbangan. Dan itu disampaikan secara indah dalam beberapa ayat ayat Al Quran yang menjadi pedoman bagi
seluruh jagad raya. Hanya orang yang diberi petunjuk yang bias memahami
fenomena ini. Kita terus berdoa agar kita selalu dibimbing untuk memahami
ayat-ayatNya. Itulah salah satu kedahsyatan Surat Al ‘Alaq diatas dan itu hanya sebagian kecil saja yang kita
pahami dari ayat tersebut. Allah Maha Tahu atas segala sesuatu dan manusia
hanya tahu sedikit sekali.
Kembali
ke Jabal Nur dan Gua Hira . Ada kurang lebih 40 orang rombongan peserta umrah yang
berusaha untuk dapat naik ke Gua Hira. Dalam perjalanan naik ke Gua Hira, Ibu berada
di belakang seorang pemuda yang bernama
Nur Fadhli. Persis di logo seragam umrah (logo itu terpasang di bagian
pundak) yang dipakai oleh Nur Fadhli hinggaplah seekor lebah. Secara
sepintas kejadian itu tidak akan begitu jelas, karena warna lebah itu sama
dengan warna logo baju yang dipakai pemuda tersebut (kuning, hitam dan putih).
Kejadian ini
sederhana, tetapi menjadi tidak
sederhana setelah direnungkan lebih dalam.
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya. (QS 96: 1,5)
Begitu universalnya ayat-ayat Al Quran,
sehingga dia akan menghampiri semua orang untuk membenarkan ayat-ayat yang
terkandung di dalamnya pada saat dimanapun dalam suasana apapun. Akan tetapi
kejadian kejadian tersebut sering menjadi luput dari perhatian kita, karena
kita anggap kejadian tersebut adalah sebuah kebetulan dan tanpa campur tangan
dari Allah SWT. Padahal setiap kejadian
adalah seizin Allah dan kita harus berusaha untuk memetik hikmah dari setiap
kejadian.
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada
lebah,’Buatlah sarang di gunung-gunung , di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang di bikin manusia (QS An Nahl 16:68)
Perjalanan menuju Gua Hira’
menjadi sangat luar biasa setidaknya itu yang Ibu rasakan, tentu peserta yang
lain juga punya pengalaman yang tidak kalah pentingnya. Dengan memperhatikan ayat diatas begitu Allah
memperlihatkan kepada Ibu kebenaran dari surat An Nahl ayat 68 tersebut, dimana
di atas bukit batu sebuah gunung terttinggi di kota Mekah Allah menyuruh lebah
membuat sarang, dan seakan-akan Allah memberitahu kepada kami bahwa di Jabal
Nur ada seekor lebah yang sedang mengucapkan salam kepada tamu istimewanya yang
sedang menapaktilasi perjuangan
Rasulullah untuk mengenal siapa sesungguhnya yang menciptakan alam semesta raya
ini. Tidak ada yang kebetulan kalau
warna lebah adalah persis sama dengan logo baju koko yang dipakai Nur Fadjli.
Subhanallah Allah menjelaskan kepada kita melalui seekor lebah yang
melambangkan seorang mukmin haruslah membungkus dirinya dalam kehidupannya
sehari-hari dengan ihsan, iman dan islam.
Muhammad Quraish Syihab,salah satu ahli tafsir
terbaik Indonesia, beliau mengutip salah
satu sabda Rasulullah SAW,: Mukmin itu ibarat lebah, memakan yang baik dan
menghasikan yang terbaik, apa bila menimpa sesuatu dia tidak merusak dan patuh
kepada pemimpinnnya. Dari kalimat Rasulullah SAW tersebut kita temukan sebuah
pemahaman yang luar bisasa. Lebah mengajarkann pada kita ihsan; Berbuat yang
terbaik dan memberikan yang terbaik sebagai pengabdiannya kepada Allah yang dilambangkan dengan madu= ihsan. Lebah tidak
butuh banyak madu, akan tetapi dia memproduksi banyak madu, yang bermanfaat
untuk manusia sebagai obat. Bahkan dalam keadaan daruratpun madu busa untuk
menghindarkan infeksi pada saat operasi
seperti yang di tulis oleh Dr. Jose Rizal dalam bukunya Senja Merah di Ambon.
Lebah memberikan manfaat yang
luar biasa kepada manusia dan tumbuhan. Binatang kecil itu melakukan yang
terbaik yang bisa dia lakukan untuk kebahagiaan manusia. Itulah pengabdian nya kepada
Allah, motto lebah itu adalah do
the best ia melakukan yang terbaik. Lebah juga mengajarkan manusia
dengan banguna tempat tinggalnya bangunan segi enam , fondasi iman yang kuat,
dilambangkan dengan sarang lebah yang segi enam.
.
Tidak
ada Fakultas teknik arsitektur tempat mereka kuliah . Lebah belajar di sebuah
madrasah mulia yang Guru Besarnya adalah Allah SWT. Disitulah lebah belajar teknik
arsitektur Subhanallah, bangunan itu adalah bangunan yang paling efisien untuk
menyimpan cairan madu yang bermacam-macam warnamya dan menjadi obat untuk
berbagai penyakit manusia.
Itulah lambang
iman yang kokoh, akan menjadi obat bagai penyakit takut, putus asa dan
penyakit-penyakit hati. Iman semestinya tidak akan goyah oleh apapun karena dia tahu
bahwa Allah sedang melihatnya dan Allah tidak akan pernah lupa dalam menghitung
apa-apa yang telah dikerjakan oleh hambaNya.
Lebah adalah lambang
makhluk pekerja keras, dia tidak pernah mengenal lelah untuk selalu memproduksi
madu untuk manusia dan hewan lainnya, membantu penyerbukan bunga dan tumbuhan
lain dengan kaki kakinya yang yang pindah dari satu bunga ke bunga . Itu
dilakukannya demi membahagaiakan manusia dan itulah pengabdianna kepada Sang
Pencipta. Walaupun manusia tidak pernah mengucapkan terimakasih kepadanya,
baginya cukup Allah yang mencatat bahwa dia pernah melakukan sesuatu yang
bermanfaat untuk umat manusia. Itulah binatang kecil lebah yang bewarna hitam,
kuning dan berkaki putih, seperti warna kain kiswah Ka’bah di Mekah. Mungkin inilah salah Allah mengabadikan lebah di salah satu nama
surat yaitu An Nahl .Wallahualam
Itulah
seharusnya karakter umat Islam, bekerja keras, kreatif, tulus,dengan bermodal
keyakinan, tegas dan tepat dalam bertindak, tahan menderita, mau berbagi dan memberi
kepada yang membutuhkan. Tidak pernah berhenti dan selalu bekerja dan berlari
karena di telapak kakinya ada semangat Siti Hajar yang berlari antara Bukit
Safa dan Marwa dan hadiahnya adalah Zam-zam yang tidak terletak di Safa dan juga
tidak di Marwa akan tetapi terletak
dekat Ka’bah. Zam-Zam tidak pernah kering dan habis sampai hari ini. Maha Suci
Allah. Itulah sebuah pelajaran yang
tidak sederhana dari contoh makhluk kecil ciptaanNya. Tidak akan pernah manusia
sanggup untuk mampu menjelaskan kebesaran dan keluasan ilmuNya sekalipun
manusia yang paling jenius. Allah mendidik kita melalui alam ciptaanNya tanpa
melalui sekolah formal yang biasa kita kenal, akan tetapi ada sekolah yang luar
biasa. Sungguh Allah Maha Besar, Maha
Mengetahui dan ilmu manusia hanya sedikit sekkali.
Katakanlah
(Muhammad).” Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
(QS Al Kahf 18:109)